Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

 

Koneksi dan Refleksi Antar Materi: Perjalanan Pendidikan Nasional

Filosofi Pendidikan Indonesia

 Wulandari Octaviani
(Mahasiswa PPG Prajabatan 2024 Universitas Sriwijaya)

 
  
(Suasana di ruang kelas HIS (Holland Inlandsche School) 

(Gambar: SMK Widya Nusantara)

Menetapkan diri untuk menjadi seorang guru adalah keputusan yang penting dan memerlukan pertimbangan yang matang. Untuk itu, saya belajar memahami dan berkenalan lebih dalam dengan diri saya sendiri. Setelah mengenal diri, kita mampu dan tau kemana arah yang ingin dituju. Menjadi guru menurut saya bukanlah sebuah pilihan, namun panggilan hati. Banyak yang menganggap bahwasannya menjadi guru adalah hal yang mudah, namun tidak semua orang mampu berada di posisi menjadi seorang tenaga pendidik.

Saya juga menyadari bahwasannya menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia. Guru juga berperan untuk mencerdaskan anak bangsa yang tentunya menjadi generasi penerus dan mewarasi negara Indonesia. Menjadi seorang guru melibatkan lebih dari sekadar memberikan pengajaran atau mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Seiring berkembangnya zaman dan derasnya kemajuan teknologi di era sekarang, guru juga harus mampu beradaptasi dan menginplementasikkannya dalam dunia pendidikan.

Kalau ditelik dari sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia, saat ini pendidikan di Indonesia sudah sangat maju dan berkembang pesat dari zaman ke zaman. Namun, perjalanan pendidikan nasional tidak terlepas dari sejarah panjang di masa lampau, misalnya pendidikan pada masa Belanda atau kolonial yang berawal dari adanya sistem politik etis di Indonesia. salah satu isi politik etis adalah edukasi atau pendidikan, di mana sistem pendidikan hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu sehingga terjadinya sebuah diskriminasi. Hanya golongan masyarakat atas dan calon-calon pegawai saja yang diperbolehkan menempuh pendidikan. Salah satu dampak dari adanya pendidikan kolonial telah melahirkan tokoh-tokoh terpelajar yang memiliki cita-cita untuk melepaskan Indonesia dari belenggu pemerintah kolonial. Adapun golongan terpelajar yang dimaksud adalah Soetomo (Budi Utomo), Suwardi Suryaningrat/Ki Hajar Dewantara (Sekolah Taman Siswa), K.H Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), R.A Kartini (Emansipasi perempuan).

Salah satu tokoh yang memiliki peranan penting dalam perjalanan pendidikan nasional adalah Ki Hajar Dewantara. Pada tahun 1922 didirikannya Taman Siswa di Yogyakarta yang menjadi gerbang kebebasan dan kebudayaan bangsa. Untuk menggambarkan peran guru dalam pendidikan, maka Ki Hajar Dewantara menggunakan “sistem among” sebagai perwujudan menempatkan anak-anak sebagai sentral dalam proses pendidikan. Dalam sistem ini maka setiap pamong adalah pemimpin yang diwajibkan bersikap “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tutwuri handayani”. Artinya, guru sebagai pendidik hendaknya mampu menjadi contoh yang baik, pendidik juga harus mampu menumbuhkembangkan minat dan kemauan anak untuk berkembang dan berkarya, serta pendidik mengikuti dari belakang atau memberikan kebebasan, kesempatan dan bimbingan agar anak dapat berkembang sesuai dengan inisiatifnya sendiri.

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Pendidikan juga diartikan sebagai tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa perlunya pemberian pendidikan kultural dan nasional dengan cara didiklah anak-anak kita sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Pendidikan adalah tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maka ini artinya hidup tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan dan kehendak dari para pendidik.

 

Refleksi diri:

Setelah mengkaji topik 1 dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan, saya telah memperoleh banyak pengetahuan baru mengenai perjalanan dan perkembangan pendidikan di Indonesia. Pemahaman saya tentang sejarah Sistem Pendidikan Nasional semakin mendalam, mencakup rentang waktu dari masa sebelum kemerdekaan hingga masa pendidikan saat ini. Selain itu, pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam ranah Filosofi Pendidikan memberikan pencerahan baru bagi saya. Konsep-konsep yang beliau ajukan telah diadopsi dan diwujudkan dalam struktur pendidikan masa kini. 

Kemudian, saya juga memahami ajaran "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani," yang ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa peran seorang guru tak sekadar sebagai pemberi pengajaran, tetapi juga sebagai teladan, pembangun cita-cita, dan penyokong bagi peserta didik. Tidak hanya itu, dalam pandangan masa depan sebagai seorang guru, saya berkomitmen untuk menerapkan prinsip kemerdekaan belajar atau merdeka belajar. Hal ini mencakup memberikan kebebasan kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan minat dan potensi unik yang dimiliki, karena saya menyadari setiap orang memiliki keunikan sendiri dalam dirinya. Saya juga menyadari bahwasannya menjadi seorang guru, saya juga bertanggung jawab dan terlibat dalam membentuk karakter peserta didik, tidak hanya dalam memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga dalam membantu pembentukan nilai-nilai dan kepribadian yang positif.

Dengan pemahaman yang diperoleh, saya merasa lebih siap untuk memasuki peran sebagai pendidik, membawa kontribusi yang positif dalam proses pendidikan peserta didik, dan menjadi bagian dari perjalanan pembentukan generasi penerus yang berkualitas di masa mendatang.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Kerja

bahasa jepang golongan 1

Kata Sifat i Sebagai Keterangan Kata Benda