Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Ki Hajar Dewantara (Sumber: Tirto.id)

    Sebelum menjelajahi pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pandangan saya terhadap peserta didik dan proses pembelajaran mungkin cenderung tradisional. Saya percaya bahwa guru adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang utama, dan bahwa peserta didik seharusnya hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru secara pasif. Dalam pandangan saya, peserta didik dianggap sebagai objek instruksi yang harus diarahkan menuju pencapaian tujuan pembelajaran tertentu, tanpa memperhitungkan keunikan, kebutuhan, atau potensi individu mereka.

    Namun, setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pandangan dan perilaku saya mengalami transformasi yang signifikan. Saya menyadari bahwa Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berfokus pada peserta didik, di mana peserta didik diposisikan sebagai subjek pembelajaran yang aktif dan memiliki potensi untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Mulai dari sudut pandang ini, saya mulai mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki keunikan, bakat, dan minat yang perlu diakui, dihargai, dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Saya juga mulai menyadari pentingnya pendekatan yang holistik dalam pendidikan, yang tidak hanya memperhatikan aspek akademis tetapi juga moral, karakter, dan keterampilan hidup peserta didik.

    Untuk mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam praktik pendidikan saya, saya menyadari bahwa ada beberapa langkah yang dapat saya ambil untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas saya. Pertama, saya dapat meningkatkan interaksi dan kolaborasi antara peserta didik dengan mendorong diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan kegiatan interaktif lainnya yang memungkinkan peserta didik untuk belajar satu sama lain dan saling mendukung dalam proses pembelajaran. Selain itu, saya juga dapat lebih memperhatikan kebutuhan dan minat individual peserta didik, serta merancang pembelajaran yang relevan dan bermakna berdasarkan keunikan masing-masing peserta didik. Saya juga akan berupaya menciptakan lingkungan kelas yang inklusif, aman, dan mendukung, di mana setiap peserta didik merasa dihargai dan didukung dalam mengembangkan potensi mereka. Melalui penerapan langkah-langkah ini, saya yakin dapat lebih efektif merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam praktik pendidikan sehari-hari saya.

 

Foto Suasana Mengajar di Kelas (Sumber: Gallery Wulan)

    Dalam praktiknya di dalam kelas saya yang berada di sekolah lokal di daerah pedesaan, saya berusaha menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam setiap aspek proses pembelajaran. Suasana kelas yang mencerminkan pemikiran beliau adalah lingkungan yang inklusif, di mana setiap peserta didik merasa dihargai dan didukung untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka.

    Pada awal pembelajaran, saya membuka kelas dengan menyambut peserta didik secara hangat dan memperkenalkan konsep pembelajaran yang akan kami jelajahi hari itu. Saya berusaha membangun hubungan emosional yang kuat dengan peserta didik, menunjukkan bahwa saya peduli dengan keberadaan dan perkembangan mereka sebagai individu. Selama proses pembelajaran, saya menerapkan pendekatan yang kolaboratif dan interaktif. Saya memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, berbagi ide, dan bertukar pengalaman. Saya juga mendorong mereka untuk mengekspresikan diri mereka melalui karya seni, drama, atau proyek-proyek kreatif lainnya sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

    Selain itu, saya berusaha untuk memahami latar belakang sosial dan budaya peserta didik saya. Saya mengintegrasikan konten pembelajaran dengan konteks lokal mereka, menggunakan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, ketika membahas materi tentang pertanian, saya membawa contoh-contoh dari praktik pertanian lokal dan mendorong peserta didik untuk berbagi pengalaman mereka sendiri. Di samping itu, saya juga menciptakan suasana kelas yang inklusif dan mendukung, di mana tidak ada diskriminasi berdasarkan latar belakang atau kemampuan. Saya memfasilitasi kerja sama antara peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga mereka dapat saling belajar dan mendukung satu sama lain.

    Dengan menerapkan pendekatan ini, saya berharap dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, dan rasa memiliki pada setiap peserta didik. Saya percaya bahwa dengan memperhatikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mengintegrasikannya dalam praktik pembelajaran saya, saya dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi peserta didik saya, sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah kami.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Kerja

bahasa jepang golongan 1

Kata Sifat i Sebagai Keterangan Kata Benda